Jadi ini… apa yang kita saksikan menaklukkan apa yang kita dengar. Apa yang kita saksikan saat ini mempengaruhi BAGAIMANA kita dengar. Dan apa yang kita saksikan menenggelamkan semua yang didengar hingga kita nyaris tuli.
Baik itu musik pop yang dipaksa ke kerongkongan kita oleh omongan yang tidak berhenti-hentinya dari stasiun radio lokal, atau video seksi yang membombardir tv kita di MTV, semua lenyap. Atau minimal salah tempat jauh dalam jiwa kita.
Semenjak kapan apa yang disaksikan mendadak mendikte apa yang terdengar? Ini tidak menjadi realita dari semua, tetapi jadi terlampau terang jika sebetulnya ini ialah salah satu realita: sex dan citra ada saat sebelum content dan talenta.
Tidak seorang akan sebelumnya pernah dengar beberapa lagu seperti rock and roll classic kembali, karena industri musik banjir dengan pistol sex pemotong kue yang berukuran pinggangnya ialah hal yang terpenting, bukan talenta yang berada di pinggang itu. Untuk beberapa saat saat ini, musik bukan musik, tapi kemampuan citra korporat yang diumpankan ke “fansnya” dengan berat komersil yang tidak mempunyai apa pun itu yang pantas didengarkan, dan dibebani dengan yang kemungkinan patut disaksikan.
Musik apa pun itu saat ini atau di masa datang tidak pernah mempunyai suatu hal yang seperti kemampuan hidup inovatif yang tumbuh pada tahun 1920-an, berkembang pada tahun 50-an dan 60-an, dan tidak berhasil di tengah sampai tahun akhir 70-an. Untuk waktu lama saat ini musik tidak mempunyai style sementara jadi terlampau menonjol dan imajiner. Dan saat ini, telah telat.
Terima kasih surga untuk 8 lagu saya. Minimal Edison membuat alat rekam supaya kedahsyatan masa lampau dapat kedengar kembali… Anda perlu tahu ke mana menelusurinya.
Saya kuliah di Kampus Rutgers dan mainkan terompet, piano, dan instrument katup yang lain sepanjang kuliah sampai ini hari.